Penyakit Traktus Digestivus, Hepar dan Pankrieas
Terdapatnya perubahan fungsi alat
pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan tersebut
umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat ditanggulangi dengan
mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan atau dengan melalui
pendekatan psikologik.
Ada tiga faktor yang menyebabkan
perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu perubahan
hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan, dan ketiga faktor tersebut akan
memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan akan terjadi
pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot alat
pencernaan yang berkurang, di samping itu terdapat pula perubaltan Ietak serta
penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual,
muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan
yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau¬bauan tersebut atau
dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudalt cukup.Akan
tetapi kadang-kadang keluhan wanita hamil tersebut sangat berlebihan sehingga
dapat membahayakan kesehatan atau jiwanya, maka perlu dipikirkan penyebab lain,
yang ikut berperan sebagai penyebabnya seperti seot-ang wanita hamil yang
menginginkan makanan tertentu yang tidak lazimnya dimakan orang, umpamanya
tepung kanji, makanan mentah, garam, lempung, tanah dan sebagainya.Penyebab
kelainan ini sangat erat hubungannya dengan faktor sosial, tingkat kebudayaan
dan sebagainya, sehingga pengobatannya haruslah melalui pendekatan psikologik
dan kelainan seperti ini disebut pica (ngidam dalam bahasa Jawa).Begitu pula
tak jarang disalahtafsirkan gejala-gejala penyakit organ dalam rongga perut
yang gawat dianggap sebagai gangguan yang disebahkan oleh kchamilan biasa.
MULUT
1.
Ptialismus (syalorea, hipersalivasi)
Pada kehamilan trimester pertama,
kemungkinan dijumpai produk berlebihan dari biasa, sehingga menyebabkan wanita
hamil terseb~ membuang ludah.Produksi air ludah yang berlebihan ini disebut
ptialis karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebaga
perasaan mual. Pengobatan khusus t:idak ada, cukaap dengan pen penerangan
secara psikologik.
2.
Gingivitis dan epulis
Dalam kehamilan sering gusi menjadi
bengkak dan lemah serta mud terutama pada waktu gosok gig' atau sentuhan yang
ringan lainnya.H pengaruh dari hormon estrogen yang meningkat.
Seringkali
tirnbul stomatitis dan gingivitis dalam kehamilan, dan un perawatan mulut agar
selalu bersih selama kehamilan. Kadang-kadan pula pembengkakan gusi setempat
dan banyak mengandung pembuh darah, sehingga mudah berdaralt. Kelainan ini
disebut epulis gravidarum khusus tidak ada, dan setelah lahir epulis tersebut
akan hilang sendiri
3.
Karies dentis
Dalam kehamilan sering dijumpai
gingivitis dan karies dentis, akan beralasan kehamilan sebagai penyebab
meningkatnya kejadian karies dentis sebelum hamil sudah ada, dan kekurangan
kalsium akan kerusakan giginya seperti juga terjadi sebelum ltamil. Pengobatan
yaitu dengan merawat gigi, mulut, serta mencukupi kebutuhan kalsium dalam
kehamilan.
ESOFAGUS
1.
Pirosis (heartburn, nyeri dada)
Pirosis ialah perasaan nyeri di dada,
karena masuknya isi lambung ke d bagian bawah.Keluhan sering ditemukan dalam
kehamilan, terutama tengkurap, atau menelan sesuatu makanan tertentu atau
obat.Pada kehamilan tua mungkin kelainan ini agak sering dijumpai karena
pengaruh tekanan rahim yang membesar. Pada esofagus terjadi esofagitis, akan
tetapi pada en( kelihatan ada tanda-tanda radang, hanya secara histologik dapat
diliha tersebut berisi aa:uo klurida, pepsin serta makanan. pirosis biasan;
mcnitnbulkan komplikasi srprrti strikmra, perdar-ahan, karena waktu sebentar
saja. Pengobatan cukup dengan memberikan obat antasid, mengubah posisi tubuh
dan menegakkan kepala serta mencegah tengkurap setelah makan.Keadaan yang lebih
berat, kadang-kadang menyebabkan penderita sulit menelan, ada perdarahan (hematemesis),
sebagai akibat terjadi esofagitis erosif.Pengobatannya tetap seperti diuraikan
di atas, yaitu konservatif.
2.
Esofagftis erosiva
Esofagitis erosiva merupakan akibat yang
gawat dari kembalinya isi lambung ke dalam esofagus, dan agaknya tidak mempunyai
hubungan dengan hiperemesis gravidarum.Gejala yang paling sering dijumpai ialah
nyeri waktu menelan (disfagia) disertai pirosis.Hematemesis dapat terjadi, dan
esofagoskopi menunjukkan erosio berdarah pada selaput lendir satu pertiga bawah
esofagus.
Penanggulangan
sama dengan pada pirosis biasa. Apabila terjadi hematemesis, penderita disuruh
minum air es atau menelan es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh
sama sekali dengan sendirinya setelah kelahiran. Striktura esofagei yang sampai
memerlukan dilatasi jarang terjadi.
3.
Varises esofagei
Varises esofagei akibat sirosis hepatis
menjadi lebih besar dan lebih mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia
kehamilan dan hipertensi portal.
LAMBUNG
1.
Hernia hiatus diafragmatika
Hernia hiatus driafragmatika ialah
masuknya bagian atas lambung ke dalam lubang diafragma. Kelainan ini sering
dijumpai dalam kehamilan, kira-kira 17%, terutama dalam kehamilan trimester
III, dan lebih sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan
sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang gangguan
pencernaan berupa pirosis, muntah, kadang-kadang hematesis, berat badan
menurun, atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan
meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor, yaitu wanita tersebut telah
rnenderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar.Sering dokter
mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedangkan
kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia.Hernia
hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan, dan kalau ada
biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh
dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik,
penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi
kecil-kecil.Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya
penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
2.
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam
kehamilan, perjalanan penyakitnya bervaria¬si. Pada wanita yang mempunyai ulkus
peptikum sebelum hamil, biasanya setelah hamil, penyakit akan menjadi lebih
baik, bahkan dapat sembuh. Terus trimester pertama dan kedua, karena rendahnya
sekresi asam lamek, meningkatnya produksi getah lambung, walaupun kadang-kadang
ulkus lebih hebat gejalanya dan yang sering dijumpai adalah rasa kejang dan
peril bagian atas (yang dapat hilang dengan memakan makanan atau obat alk;
panas, rasa tak enak di daerah epigastrium. Gejala lebih sering terjadi atau di
atau 3 jam sesudah makan. Perforasi jarang terjadi.Oleh karena itu penanga
peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif, jarang atau hampir dengan
tindakan operatif.
3.
Gastritis
Diagnosis
gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasaj penderita,
seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri epigastrium dan
sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata tidak menderita
gastritis akan tetapi. mungkin emesis (hiperemesis), esofagitis. Sering
dilakukan pemeriksaan radiologik oleh dokter untuk diagnosis.Hal ini tentu
tidak baik, karena sinar X, mempunyai pengaruh t pada janin.Oleh karena itu
haruslah hati-hati untuk membuat diagnosis Perhatikanlah dan lakukanlah
anamnesis dan pemeriksaan dengan telit penderita sedang hamil muda atau
tidak.Bila hamil muda sedapat mungki pembuatan foto riintgen.Penderita
diobservasi, dan ditentukan terapi kc seperti gastritis di luar kehamilan.
Biasanya keluhan akan hilang setelah tri bila disebabkan oleh kehamilan.
USUS
HALUS
1.
Ileus
Baik ileus obstruktif maupun ileus
paralitik dapat dijumpai dalam keham kadang-kadang tidak diketahui, karena
gejala-gejalanya sering disalal sebagai gejala-gejala kehamilan biasa, seperti
mual, muntah, konstipas kontraksi, kejang otot dan sebagainya.Ileus obstruksif
ini dapat disebal; volvulus, lrernia inkarserata, intususepsi, tumor kolon, dan
perlekai merupakan penyebab yang sering dijumpai.Oleh karena itu perlu diperha
ditanyakan tentang; operasi perut yang terdahulu.Diagnosis dibuat atas dasar
gejala muntah-muntah, konstipasi, bising usus meningkat seperti bunyi logam.
Foto abdomen walaupun pemeriksaan X ray secara umum dilarang dalam kehamilam,
namun keadaan tertentu perlu dilakukan. Seperti pada sangkaan ileus obstruktil
pada gambaran foto rontgen, usus di bagian proksimal obstruksi melebar,
bayangan permukaan cairan (fluid Ievel).
Begitu juga bila diagnosis ragu-ragu,
maka tindakan laparotomi eksplorasi lebih baik dilakukan daripada bersikap
menunggu, yang kemudian menimbulkari keadaan fatal.Dalam kehamilan biasa, tonus
dan peristaltik usus berkurang, sehingga tak jarang menyebabkan konstipasi atau
sulit buang air besar.Kadang-kadang dapat timbul gejala-gejala ileus paralitik
dalam kehamilan dan nifas, dan hal ini haruslah dibedakan dari ileus obstruktif
dan peritonitis.
Pada ileus paralitik tanpa komplikasi
lain sepeni di atas, terapi untuk ini adalah konservatif, yaitu dengan
memberikan infus dan makanan parenteral, pemasangan pipa hidung-lambung, dan
cairan lambung diisap terus menerus, sena pemberian antibiotika, vitamin aneurin
25-50 mg intra muskular, dan biasanya dalam waktu 3-5 hari akan sembuh.
2.
Volvulus
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin
membesarnya uterus, usus-usus halus dapat terputar pada pangkalnya, sehingga
terjadi penjiratan (strangulas:) seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan
menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi. Keadaan lain
yang dapat pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia
diafragmatika, perlekatan usus, dan terdapatnya pita kongenital di dalam rongga
perut.
Gambaran
klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat mendadak (acute abdomen)
terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntah yang
hebat.Keadaan umum cepat memburuk akibat gangguan elektrolit dan keracunan;
nadi sangat cepat dan suhu meningkat.Penderita harus segera dioperasi.
3.
Hernia
Pelbagai macam hernia dapat dijumpai
dalam kehamilan, sepeni hernia inguinalis, femoralis, umbilikalis, dan
sikatrisea, yang biasanya tidak menimbulkan keluhan.Hernia diafragma telah dibicarakan
di atas.
Membesarnya
uterus mendorong usus-usus lebih jauh dari cincin hernia, sehingga inkarserasi
jarang terjadi dalam kehamilan, juga dalam persalinan kala II, walaupun wanita
meneran-neran.
Sebaliknya, dalam nifas cincin dapat
menjadi lebih besar dan usus dapat masuk ke dalam kantong hernia.Walaupun
demikian, inkarserasi juga jarang terjadi dalam nifas.Gejala-gejala ileus pada
hernia dapat timbul pada setiap saat dalam kehamilan dan nifas apabila ada
perlekatan usus yang terjepit, terputar, atau tenarik.
Penanganan hernia dalam kehamilan sama
dengan di luar kehamilan apabila timbul gejala-gejala gawat. Dalam persalinan
sebaiknya wanita tidak meneran terlarqpau kuat apabila kantong hernia menjadi
lebih besar; dan jikalau syarat-syarat sudah dipenuhi, persalinan diakhiri
dengan ekstraktor vakum atau cunam.
Hernia umbilikalis dan hernia sikatrisea
tetap membesar oleh kehamilan.Apabila ada perlekatan usus dengan omentum,
tarikan pada omentum scring menyebabkan rasa nyeri.
4.
Ileitis regionalis
Ileitis regionalis, sepeni dilaporkan
oleh Crohn dan Yarnis, merupakan suatu proses granulomatus ileum bagian akhir
yang tidak khas yang meliputi peradangan nekrosis, ulserasi, dan perparutan.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang dewasa muda dan jarang pada wanita
hamil.Gejala-gejala sangat bervariasi, tergantung lamanya penyakit, bersifat
aktif dan luasnya ileum yang terkena proses; diantaranya nyeri perut, diarea,
demam ringan, terabanya tumor di perut, perda perforasi usus.Anamnesis yang
teliti dan pemeriksaan roentgen dapat r diagnosis.
Diagnosis pasti hanya dapat dibuat
setelah perut dibuka kehamilan pada ileitis regionalis tidak pasti dan sangat
bervariasi; ada ya lebih baik dalam kehamilan, ada yang sama, ada pula yang
menjadi lebih buruk
Apabila penderita menunjukkan
gejala-gejala yang berat dan rea terhadap kehamilannya, maka bekerja sama
dengan psikiater dapat dipertimbagkan abortus buatan, walaupun ini jarang
diperlukan.
USUS
BESAR
1.
Appendisitis akuta
Kejadian
appendisitis akuta dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidakl: Kejadiannya
satu di antara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan teta perforasi, lebih sering
pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari a hamil. Hal ini karena
diagnosis dini appendisitis akuta kadang-kadang sering meragukan, atau
dikacaukan oleh keadaan-keadaan lain seperti:
a. Gejala dan tanda rasa mual, muntah,
anoreksia, perut gembung, dan nyeri sering dijumpai pula pada kelainan lain
dari appendisitis.
b. Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin
jumlah leukosit pada appendisitis akuta.
c. Berpindahnya letak soekum akibat dorongan
rahim yang makin menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir penen
kelramilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran yang
diberikan oleh appendisitis yang biasa tidak menunjukkan ga seperti di luar
kehamilan.
d. Adanya relaksasi otot-otot dinding perut pada kehamilan
lanjut, menyebabkan tanda-tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak
jelas.
e. Tanda-tanda appendisitis akuta,
kadang-kadang diperlihatkan pula oleh kelainan, seperti pada kehamilan muda
dengan adanya kista yang membatu ureter, pielonefritis akuta, salpingitis
akuta; rasa nyeri dari rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusio plasenta
tingkat permulaan saluran kemilan, perslinan prematur, obstruksi usus Italus.
Pada masa nifas adanya andometritis atau adneksitis
Mengambil tindakan konsetvatif adalah
salah, sebab bila appendisitis tersebut mengalami perforasi karena tindakan
terlambat dapat menimbulkan kematian ibu DAN janin.Insisi perlu dibuat lebih
tinggi dari biasa yaitu paramedial kanan kira-kira setinggi fundus
uteri.Manipulasi pada uterus gravidus ini sedapat mungkin dihindari, dan drain
hanya dipasang apabila ada abses. Biasanya kehamilan akan berlangsung terus
sampai saat persalinan. Bila appendisitis akuta dibuat pada kehamilan lebih
dari 34-35 minggu, dilakukan seksio sesarea dan appendektomia.
Uterus yang membesar tersebut akan
menyulitkan mencari appendiks di samping itu bila penderita masuk dalam
persalinan pasca laparotomi, luka dapat terbuka kembali karena luka belum
sembuh sempurna dan belum kuat. Kalau terjadi perforasi atau abses dipertimbangkan
untuk melalkukan appendektomia dan seksio histerektomia. Prognosis appendisitis
dalam kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta
tindakan yang segera diambil berupa laparatomi dan pemberian antibiotika, akan
dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang
sering atan mungkin dijumpai pada kehamilan adalah abortus atau partus
prematuros.
2.
Kolitis ulserosa
Kolitis ulserosa yang biasanya menahun
merupakan suatu penyakit peradangan disertai ulkus-ulkus pada mulanya di
rektum, kemudian menjalar ke atas dan dapat sampai lie usas halus.
Perjalanan penyakit dalam kehamilan tak dapat
diramalkan sebelumnya, sangat bervariasi.Biasanya bagian usus yang terserang
adalah mukosa dan submukosa, jarang lapisan otot DAN serosa.Gejala-gejala
klinik tersering adalah diarea dengan darah, nanah atau lendir, badan panas,
leukositosis, takikardia, perut terasa tidak enak, malas makan dan berat badan
menurun.Komplikasi penyakit ini mungkin dapat terjadi perforasi, perdarahan
sehingga penderita jadi anemia, defisiensi protein dan vitamin.
Pengarah penyakit ini terutama terhadap
kesehatan ibu, pada janin atau kehamilan tidak begita banyak. Sedangkan
pengaruh kehamilan pada penyakit ini, dapat menimbulkan )keadaan lebih berat,
yaitu penyakit yang tadinya kurang aktif dapat jadi aktif, terutama pada
trimester pertama dapat terjadi perforasi. Etiologi penyakit ini secara pa.sti
belum diketahui, akan tetapi faktor psikogenik dianggap mempunyai pengaruh
penting pada kolitis ulserasi ini, seperti perubahan-perubahan emosionil,
kecemasan, ketakutan dan lain-lain selama kehamilan.
Penerangan segera diberikan pada
penderita kolitis ulserosa ini, baik : hamil maupun dalam kehamilan. Perhatikan
dan terangkan faktor p penderita, diet yang cukup mudah diserap, kalau perlu
diberi antidi, antibiotika.Mereka yang telah hamil, kehamilan dapat diteruskan,
dan pe dapat per vaginam. Pada keadaan di mana anak sudah cukup, penderita m(
kolitis ulserosa, sebaiknya tidak hamil lagi, DAN ikut keluarga berencana
dilakukan sterilisasi.
3.
Tumor Ganas Usus Besar
Tumor ganas usus besar, biasanya
karsinoma, jarang dijumpai dalam kehamilan tidak terdapat bukti-bukti bahwa
kehamilan mempengaruhi jalannya karsino et rekti. Karena itu, abortus buatan
tidak dilakukan.Walaupun demikian peny dapat mempersulit persalinan.
Penanggulangan tumor ganas usus besar
dalam kehamilan ialah dengai operasi, sama seperti di luar kehamilan. Apabila
operasi dilakukan dalam triw dan III, maka mungkin uterus serta isinya perlu
diangkat untuk memudahkan, rektum.Pada penderita karsinoma kolon, apabila
kehamilannya sudah cukup dapat ditunggu partus per vaginam.Apabila terdapat
gejala-gejala obstruks mungkin diperlukan kolostomia sebelum persalinan atau
operasi.Dalam keh trimester III sebelum 38 minggu, pada penderita dengan
karsinoma rekti dih seksio histerektomia. Setelah anak lahir, selekasnya
dilakukan operasi rektum
4.
Megakolon
Megakolon
sangat jarang dijumpai dalam kehamilan.Usus besar yang sangat dan terisi penuh
dengan skibala menyebabkan konstipasi yang kadang-kadang sulit untuk diatasi.
Dalam persalinan megakolon yang terisi penuh, menghalang-halangi turunnya
kepala, sehingga dapat terjadi ruptura uteri
DAERAH
ANUS
1.
Pruritus ani
Pruritus ani kadang-kadang dijumpai dalam
kehamilan dan dapat sangat mengganggu penderita.Biasanya pengobatan juga
sulit.Rasa gatal dapat terbatas di daerah perianal atau menjalar lebih luas
sampai di daerah kelamin, bagian dalam paha, dan pantat.Karena rasa gatal,
daerah itu digaruk, yang menimbulkan/menambah iritasi kulit; dan seterusnya ini
menambah rasa gatal.
Pruritus ani dapat dibagi dalam 2
golongan: 1) yang mempunyai sebab organik, dan 2) yang disebabkan faktor
psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan faktor psikogenik.
Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan oleh fissura et
fistula ani, proktitis, wasir, jamur, diabetes mellitus, alergi terhadap benang
sintetik pakaian dalam, atau ukuran pakaian yang tidak sesuai. Golongan kedua
biasanya disebabkan oleh konflik emosional dalam kehamilan yang berdasarkan
ketidakmatangan psiko-seksual.
Penanggulangan
harus dimulai dengan menghilangkan/menghindarkan faktor penyebabnya.Iritasi
kulit akibat garukan diobati dengan salep kortison.Apabila pengobatan tidak
berhasil dan tidak diaemukan sebab organik, maka sebaiknya dimintakan
konsultasi pada psikiater.
2.
Wasir (hemoroid)
Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran
vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya
konstipasi dan pembesaran uterus.Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol
keluar anus.Wasir yang kecil kadang¬kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang
yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat
yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu
yang keluar dari anus.
Wasir dapat didiagnosis dengan mudah,
yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah , perdarahan, serta pada pengamatan
diternukan vena yang membengkak di anus atau dl rektum. Pada hemoroid interna
dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan
setelah melahirkan hemoroid tersebut akan mengecil sendirinya.
Pada
hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas,
yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter
maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid. Usahakan
penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran.Pada keadaan yang
sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria.Tindakan sklerosing atau
hemoroidektomia jarang diperlukan.
3.
Fissura ani
Fisura ani merupakan kelainan yang sering
dirasakan sangat nyeri dan terdiri atas luka-luka memanjang pada dinding
belakang anus.Asalnya tidak diketahui dengan pasti; mungkin karena trauma pada
mukosa dengan kriptitis, atau sebal pecahnya abses kista.
Mula-mula
rasa nyeri dialami pada waktu penderita buang air besar, penderita segan untuk
ke belakang; kemudian rasa nyeri berlangsun beberapa jam setelah
defekasi.Fissura yang baru terjadi dapat diharap sembuh spontan.Akan tetapi,
fissura menahun yang disertai peradangan dengan banyak keluhan memerlukan
eksisi lebar semua jaringan yang saki insisi muskulus sfingter ani eksternus,
juga pada wanita hamil.
HEPAR
Penyakit
Hati Bukan Karena Komplikasi Kehamilan
1.
Hepatitis infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh
virus dan merupakan penyakit hati ya sering dijumpai dalam kehamilan.Pada
wanita hamil penyebab hepatitis i terutama oleh Virus hepatitis B, walaupun
kemungkinan juga dapat Virus h atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi
pada setiap saat kehan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada
trimester perta terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan
kongenital (anoi janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga,
serin persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada k
dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi risiko pada
hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu ahir
atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air
susu
Penatalaksanaan
yaitu:
a) istirahat, diberi nutrisi dan cairan yang cukup, kalau perlu
intravenus;
b) isolasi cairan lambung, darah atau cairan badan lainnya, dan
diingatkan ibunya tentang pentingnya janin dipisahkan;
c) periksa HBsAg trol kadar bilirubin, Serum Glutamik
Oksaloasetik Transaminase (SG07 Glutamik-Piruvik Transaminase (SGPT), faktor
pembekuan darah, karena kinan telah ada Disseminated Intravascular Coagulopathy
(DIC);
d) cegal naan obat-obat yang bersifat hepatotoksik;
e) pada ibu yang HBsAg po; diperiksa HBsAg anak karena
kemungkinan terjadi penularan melalui I pusat;
f) tindakan operasi seperti seksio sesarea
akan memperburuk program
g) pada bayi yang baru dilahirkan dalam 2 x 24 jam diberi
suntikan anti serum.
2.
Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan
gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperi fenotiazin,
tetrasiklin, klorpeomazin, klorform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida,
isoniazid, asetaminofen.Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan unruk
mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus,
bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar.Tetrasiklin yang
merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan
kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan
pada hati.Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat
untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.
3.
Ruptura hepatis
Ruprura hepatis, baik yang traumatik
maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus
kanan.Mortalitas sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal.Hampir
semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau
eklampsia.Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi,
pekak beranjak (shifting dullness) dan syok.Penderita dapat diselamatkan
apabila ruprura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.
4.
Sirosis bepatis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi
jalannya sirosis hepatis.Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak
baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit.
Penderita
dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa
tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat
pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah
terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak
hamil.Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver
failure) dan perdarahan dari varises esofagus.Apabila penderita demikian hamil
juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis
saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
5.
Koklitiasis dan kolesistitis
Kolelitiasis dijumpai 2-3 kali lebih
sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sebagai salah satu faktor
pencetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung empedu.Kombinasi
hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan
memudahkan terbentuknya batu empedu.Sebaliknya wanita hamil jarang mengeluh
tentang serangan kolik empedu.Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya
tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke
dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebela}i kanan
atas atau di dacrah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba)
yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila
penyumbatan total, n kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan
menggigil (k, tis), dan ikterus.Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada
sakit k empedu, atau makan yang telah diatur, di mana la tak tahan lemak.Pada
pemc didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukc
sedangkan urin normal.
Penanggulangan
kolelitiasis atau kolesistitis dalam kehamilan, pada un konservatif yaitu
istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dil; kecuali disangka
atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, n gangren atau
perforasi.
Penyakit Hati Akibat Komplikasi Kehamilan
Beberapa
komplikasi kehamilan dapat menyebabkan kelainan/penyakit h;
1.
Ikterus rekurrens gravidarum
Dalam kehamilan, terutama dalam triwulan
terakhir, dapat timbul ikterus ya: diketahui etiologinya, sering dimulai dan
disertai dengan rasa gatal di selurul Kelainan ini sembuh dengan sendirinya
dalam 2 minggu pertama nifas, untul lagi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya.
Nama-nama lain yang ser-ing di} untuk kelainan ini ialah ikterus idiopatik
kehamilan, kolestatis idiopatik/ini tik, hepatotoksemi endogen, atau hepatosis
obstetrik.
Kelainan
utamanya ialah kolestasis intrahepatik dengan pewarnaan em tengah lobulus
hepatis tanpa peradangan atau proliferasi mesenkim.Sel-sel h mengalami
kerusakan.Secara klinis jalannya penyakit ringan. Selain ikte pruritus,
gejala-gejala lain dapat pula dijumpai, seperti meningkatnya 1 (ringan),
fosfatase alkalis (tidak selalu), dan glutamin oksaloasetik transmina: serum.
Anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium, dan diare serii merupakan keluhan
penderita. Dalam diagnosis diferensial perlu disic kemungkinan penyakit hati
lain, seperti hepatitis virus, keracunan obat, c empedu. Hilangnya
gejala-gejala dalam masa nifas menyokong diagnosis. Pc an terutama simptomatik.
Karena jalannya penyakit ringan dan tidak terdap; bukti yang menunjukkan
pengaruh tidak baik terhadap janin, maka pen; kehamilan tidak
diperlukan.Fenothiazide dengan tujuan untuk mengura gatal tidak boleh diberikan
karena obat ini dapat menyebabkan ikterus.kadar protrombin rendah, penderita
diberi suntikan vitamin K.
Atrofi
kuning mendadak hati (acute yellow liver atropby)
Atrofi
kuning mendadak hati sangat jarang dijumpai dalam kehamilan, dan dapat dibagi
dalam 2 jenis, yakni a) atrofi kuning, mendadak akibat hepatitis virus
dankeracunan obat; dan b) atrofi kuning mendadak obstetrik semata-mata akibat
kehamilan.
a.
Atrofi kuning mendadak akibat hepatitis dan obat ditandai dengan nekrosis luas
jaringan hati tanpa infiltrasi lemak, dan dapat disertai gawat ginjal mendadak.
Keadaan penderita sangat cepat memburuk, disertai ikterus yang berat dan koma;
tidak lama kemudian biasanya penderita meninggal.Penyakit ini dapat dijumpai
baik pada wanita hamil maupun pada wanita tidak hamil, dan pria.
b.
Atrofi kuning mendadak obstetrik, yang khas bagi kehamilan, dilaporkan oleh
Sheehan Ober dan Le Compte, dan Kahil dkk. Gejala-gejalanya biasanya timbul
tiba-tiba dalam bulan terakhir kehamilan dengan muntah-muntah hebat dan nyeri epigastrium,
disusul oleh ikterus yang progresif, koma, dan biasanya kematian.Penderita
dapat melahirkan anak mati 7-12 hari setelah timbulnya gejala-gejala.
Etiologinya tidak diketahui dengan
pasti.Mungkin sekali penyakit ini disebabkan oleh reaksi peka yang berlebihan
terhadap suatu zat yang dihasilkan oleh kesatuan fetoplasenta, atau terhadap
zat-zat eksogen.
Secara
histologik kelainan yang sangat menonjol ialah infiltrasi lemak sel-sel hati
tanpa peradangan dan nekrosis; selebihnya arsitektur jaringan hati tetap
baik.Gambaran ini lazim disebut metamorfosis lemak hati. Atrofi hati
tetrasiklin pada dasarnya sama; hanya sel-sel periportal ikut pula mengalami
infiltrasi lemak. Sebaliknya, atrofi akibat hepatitis infeksiosa menunjukkan
gambaran yang lain: tidak terdapat infiltrasi lemak, melainkan nekrosis sel-sel
hati dan sel-sel periportal. Seperti pada atrofi hati mendadak lain-lain, tidak
banyak dapat dilakukan untuk menyela¬matkan ibu dan janin.Pengobatan
semata-mata simptomatik.Tidak terdapat bukti¬bukti yang meyakinkan bahwa
pengakhiran kehamilan mernperbaiki prognosis.Apabila janin masih hidup, induksi
persalinan dapat dipertimbangkan.Seksio sesarea merupakan kontraindikasi,
kecuali atas tindakan obstetrik.
PANKREAS
Pankreatitis jarang dijumpai dalam kehamilan
akan tetapi dapat diderita wanita hamil. Etiologinya belum diketahui, akan
tetapi faktor predisposisi adalah adanya penyakit saluran empedu, peminum
alkohol, pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. Gejala
sering dikeluhkan penderita biasanya nyeri hebat di daerah epigastrium yang
menjalar ke belakang, mual dan muntah-muntah, perut gembung, demam, bising usus
menurun.Kadang-kadang menggigil dan ikterus ringan.Kira-kira 20% penderita
dalam keadaan syok, koma.
Laboratorium yang sangat membantu dalam
mendiagnosis pankreatitis ini adalah meningkatnya kadar amilase serum dalam
waktu 8 jam. Amilase urin juga meningkat di atas 300 unit/jam. Klearens
amilase, mungkin lebih .spesifik untuk diagnosis pankreatitis. Bila digunakan
hasil konsentrasi amilase dan kreatinin urin yang dikumpulkan bersama¬-sama
danan amilase serum, maka akan didapat klearen amilase yaitu :
amilase
urin x kreatin urin x 100
amilase
serum x kreatinin urin
Bila angka hasil klearens amilase ini
lebih besar dari 4.5, maka dapat dii diagnosis pankreatitis. Pengaruh
pankreatitis ini pada ibu maupun pada jan tinggi, dilaporkan dapat terjadi
kematian ibu 37% dan janin 38%. Oleh k diagnosis dan pengobatan haruslah cepat
dibuat dan diberikan. Cara penan~ hampir sama dengan di luar kehamilan yaitu:
1. Ganti kekurangan cairan dalam pembuluh darah dengan darah,
albur cairan, dan ini dimonitor dengan CVP (central venous pressure).
2. Monitor elektrolit, glukosa, dan kalsium darah, dan segera
dikon menunjukkan kelainan.
3. Pasang slang lambung dan isap untuk mengurangi cairan yang d
pankreas.
4. Diberi obat analgetika seperti meperidine 75-100 mg im, tiap
3-4 ja menghilangkan rasa sakit.
5. Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
6. Pengakhiran kehamilan tidak dianjurkan dan tidak diperlukan.
7. Operasi hanya dilakukan pada keadaan tertentu, seperti abses
yaj membesar, penyumbatan saluran empedu, perforasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar